Pendahuluan
Pemberdayaan Komunitas bukan hal yang asing dikalangan masyarakat. Indonesia adalah negara yang kaya akan warisan budaya. Indonesia memiliki keragaman budaya karena wilayahnya yang membentang luas dari Sabang sampai Merauke. Berdasarkan sensus Badan Pusat Statistik pada tahun 2010, terdapat lebih dari 300 kelompok etnik atau 1.340 kelompok suku bangsa di Indonesia. Keanekaragaman budaya pada akhirnya melahirkan sebuah semboyan yaitu semboyan Bhineka Tunggal Ika yang memiliki arti berbeda-beda tapi tetap satu jua. Indonesia tetaplah satu kesatuan yang utuh meskipun memiliki keragaman suku, budaya, agama, dan golongan. Semboyan tersebut mengukuhkan bahwa sejatinya keragaman yang ada di negeri kita ini merupakan kekayaan dan keindahan bangsa Indonesia yang tidak dimiliki oleh negara lain.
Salah satu contoh keragaman budaya di Indonesia yaitu Kesenian daerah. Seni merupakan salah satu sarana yang dapat digunakan untuk menunjukkan jati diri suatu individu di masyarakat dan juga memberikan pentunjuk kehidupan bagi manusia. Di sisi lain seni juga dapat membuat kemajuan sosial.
Seniman seringkali dianggap sebagai orang agung dan menjadi panutan bagi masyarakat. Masyarakat yang menjadi penikmat karya seni para seniman akan memiliki tingkatan penilaian terhadap karya seni para seniman. Selain itu, seni juga mampu menyalurkan pesan-pesan sejarah untuk dikenang oleh generasi berikutnya dan sebagai wadah untuk edukasi.
Di dalam masyarakat penyampaian nilai- nilai budaya dan ekspresi seniman ini sangat penting untuk melestarikan seni budaya. Seiring dengan perkembangan zaman mulai bermunculan ragam kesenian. Salah satunya Kesenian tradisional yang menggabungkan antara tari dan musik, nyanyian dan musik dan lain sebagainya. Seni tari merupakan salah satu kesenian yang berkembang pesat di Indonesia. Kesenian tari melangkah maju dan berkembang sejalan dengan kehidupan manusia. Di kota Ponorogo terdapat banyak kesenian yang menarik, salah satunya adalah kesenian Reog. Dalam upaya menjaga kelestarian kesenian reog di Ponorogo banyak didirikan sanggar tari, misalnya sanggar tari Langen Kusuma.
Berdasarkan latar belakang di atas dapat ditarik rumusan masalah yaitu, bagaimana upaya pemberdayaan komunitas Sanggar Tari Langen Kusuma dalam upaya pelestarian kesenian di Ponorogo.
Sedangkan tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui praktisi seni di Ponorogo dalam upaya menjaga kesenian daerah.
Pembahasan
Pemberdayaan mengacu pada kata “empowerment,” yang memiliki arti memberi daya, atau kekuatan, kepada pihak yang kurang berdaya. Pemberdayaan sebagai proses mengembangkan, memandirikan, menswadayakan,memperkuat posisi tawar menawar masyarakat lapisan bawah terhadap kekuatan-kekuatan penekan di segala bidang dan sektor kehidupan. Sedangkan komunitas memiliki arti sebagai kumpulan dari para individu yang memiliki rasa saling membutuhkan, saling terikat antara satu sama lain dan percaya bahwa kebutuhan para anggota komunitas akan terpenuhi selama para anggota memiliki komitmen untuk terus bersama-sama. Pemberdayaan komunitas merupakan suatu upaya untuk meningkatkan kesejahteraan diri individu atau kelompok dalam tujuan untuk meningkatkan kedudukan, serta taraf kehidupannya yang lebih maju, juga untuk meningkatkan kuota dari suatu perkumpulan, mendukung pembangunan berkelanjutan, dan peningkatan kualitas hidup masyarakat.
Pemberdayaan komunitas merupakan salah satu program yang terus diupayakan Pemerintah dalam meningkatkan kualitas masyarakat dalam lingkup negara. Program ini juga diupayakan oleh Pemerintah Indonesia agar merata pada seluruh wilayah nusantara. Tujuannya untuk meningkatkan kemampuan juga kemandirian masyarakat dari keterbelakangan, kesenjangan serta ketidakberdayaan yang berkembang pesat dalam kehidupan.
Banyak hal yang telah dilakukan oleh masyarakat salah satunya adalah dengan mendirikan Sanggar Tari. Terdapat banyak sanggar tari yang ada di Kota Ponorogo, salah satunya adalah sanggar tari Langen Kusumo. Sanggar tari langen kusuma didirikan pada tahun 2014 oleh Dedy Satyaamijaya, S.Sn., M.Sn. lulusan Institut Seni Indonesia Surakarta. Sanggar ini berawal dari padhepokan reog, kemudian seiring berjalannya waktu di ikuti juga dengan perkembangan zaman, mas Dedy dan teman-teman berinisiatif untuk mendirikan sangar tari sebagai wadah bagi para pelaku seni
untuk memberdayakan seni tari di daerah Kertosari, Cokromenggalan, dan Patihan Wetan.
“Nama sanggar iku awale ya di ambil dari nama
paguyuban reog tadi, Singo Kusuma, setelah
dirembugkan bersama dengan sesepuh paguyuban
yang masih hidup pada tahun 2013 kan itu, akhire
terciptalah nama Padepokan Sanggar Tari Langen
Kusuma dimana Langen itu artinya keabadian dan
kusuma adalah sebuah bunga yang identik dengan
keindahan, jadi ya arti dari nama Langen Kusuma
keindahan yang abadi.”
Artinya:
Nama sanggar ini awalnya di ambil dari nama
paguyuban Singo Kusuma, setelah direnungkan
dengan beberapa sesepuh yang masih hidup pada tahun
2013 akhirnya terciptalah nama Padhepokan Sanggar
Tari Langen Kusuma dimana kata Langen sendiri
memiliki arti keabadian dan kusuma adalah sebuah
bunga yang identik dengan keindahan, jadi dapat
disimpulkan bahwa makna dari sanggar tari Langen
Kusuma adalah keindahan yang abadi.
Pola pemberdayaan padepokan di era globalisasi kurang efektif untuk pelestarian seni karena hanya mengandalkan sumbangan dari para masyarakat sekitar. Di dalam sanggar tari Langen Kusuma terdapat program pembelajaran ,kurikulum, dan maintenance peralatan yang semuannya di topang dari hasil pendapatan sanggar. Sehingga, perjalanan dari kesenian bisa dikelola melalui pembiayaan yang dikelola oleh sanggar. Sanggar tari Langen kusuma juga sebagai tempat bagi masyarakat sekitar yang memiliki hobi menari untuk mengekspresikan dan mencurahkan kreativitasnya dalam bidang kesenian. Kisaran usia anak didik dari sanggar tari Langen Kusuma yaitu sekitar 5-14 tahun.
Sanggar tari Langen Kusuma sendiri memiliki tiga divisi yaitu yang pertama divisi Sanggar tari yang mengelola sanggar tentang bagaimana pendidikannya,kurikulumnya dan pembiayaan sanggar. Kedua, adalah divisi reog yang mengelola paguyupan,terdapat beberapa peralatan kostum reog dan mengelola job desk yang masuk. Dan yang terakhir terdapat divisi Manajemen yang mengelola atau membuat event dan juga melayani penjulan souvenir dan pernak-pernik kesenian reog yang dijual secara online maupun offline. Ketiga divisi tersebut yang menjadi fondasi dari sanggar tari Langen Kusuma.
Modal awal dalam pendirian sanggar Langen Kusuma tidak selalu berbentuk uang, akan tetapi modal sosial merupakan salah satu modal yang paling penting dimana hal ini membangun sinegritas antara pemuda, beberapa sesepuh, dan juga lingkungan. Hal ini menjadi modal utama dalam mendirikan sanggar tari agar dapat melangkah ke depan. Karena keprofesionalitasan anggota dan juga niat para anggota tidak dapat di ukur dengan uang dalam proses pendirian sanggar tari. Seiring berjalannya waktu tidak menutup kemungkinan juga akan membutuhkan modal uang untuk pengembangan sanggar. Strategi yang diterapkan sanggar tari Langen Kusumaadalah membuat kepercayaan kepada masyarakat sekitar atas value dari sanggar tari sehingga bisa dikenal baik oleh masyarakat dan pada akhirnya akan mendatangkan penghasilan bagi sanggar untuk mengelola sanggar. Selain itu, juga sanggar ini bisa mendatangkan beberapa sponsor karena nama baik yang telah dibangun sehingga mudah dalam mendapatkan kepercayaan.
Pada awalnya sanggar tari Langen Kusuma tidak merincikan biaya sanggar karena sistemnya bayar seadanya, apabila tidak memiliki uang tidak membayar pun juga diperbolehkan, jadi para pelatihpun pada saat itu tidak mendapatkan upah. Namun, seiring perkembangan waktu dan juga bertambahnya kebutuhan akhirnya diterapkannya sistem pembiayaan seperti biaya SPP perbulan Rp 30.000,00 untuk 4 kali pertemuan setiap hari minggu dan biaya pendaftaran sebesar Rp 80.000,00 dengan persyaratan masing-masing membawa akte kelahiran,pas foto dan mengisi formulir pendaftaran,untuk seragam sanggar di bandrol kisaran Rp 55.000,00-65.000,00 dan tidak diwajibkan membeli. Untuk pelatih sanggar, dalam sekali mengajar atau satu materi terdapat uang transport sebesar Rp 25.000,00. Ada juga biaya pengadaan ujian atau pagelaran sebesar Rp 300.000,00. Untuk beberapa properti tari sebagian ada yang disediakan dan ada yang membawa sendiri.
Sanggar tari Langen Kusuma juga terdapat event rutinan untuk membesarkan nama danmembangun jejaring antar komunitas maupun antar sponsor, yang di beri nama “Kercopan Art Festival”. Sistem pembelajaran pada sanggar tari Langen Kusuma mirip dengan sekolah karena terdapat ujian tiap semesternya. Selain itu, juga disediakan ijazah sebagai bukti bahwa paraanak didik telah menyelesaikan ujian semester. Apabila anak didik bisa mendapat peringkatdalam satu kelasnya dia juga akan mendapatkan piala dan juga piagam. Selain ujian semester ada juga ujian pagelaran dimana anak didik harus mampumenarikan sebuah tarian di atas panggung lengkap dengan rias dan kostum sebagai uji skills dan uji mental anak didik. Dalam setahun terdapat 2 kali ujian atau event.
Tujuan dan juga manfaat dari event tersebut adalah untuk merealisasikan apa yang telah dipelajari oleh anak didik dan juga memberikan pengalaman kepada anak didik untuk show up dan juga untuk menambah jam terbang agar anak didik bisa lebih lues dan menjiwai makna dari suatu tari selain itu juga untuk melatih kepercayaan diri anak didik. Manfaat event untuk penyelenggara adalah untuk memperluas relasi baik dengan pihak wali siswa,pemerintah daerah maupun sponsor. Dengan adanya event tersebut, penyelenggara dapat bekerjasama dengan pemerintah daerah untuk pengembangan dan pelestarian seni budaya. Untuk pembagian kelas sanggar tari didasarkan pada usia. Materi tari dimulai dari tari kreasi untuk pengenalan ragam gerak apabila sudah mampu dilanjutkan dengan tari mayor yaitu tari reog dan tari jawa timuran serta tari jawa tengah yang klasik untuk anak didik yang telah lulus dari tari mayor.
Pada awalnya, pelatih dari sanggar Langen Kusuma hanya dari kenalan saja dan dengansukarela mau mengajar, pernah juga mengadakan perekrutan satu kali pada tahun 2017,selebihnya pelatih didapat dari jejaring yang menawarkan diri untuk melatih. Ada juga yang awalnya anak didik kini menjadi pelatih di sanggar. Pelatih sebagian besar dulunya adalah murid sanggar yang kemudian dimintai tolong untuk membantu melatih di sanggar. Selama menjalankan sanggar terdapat beberapa kendala seperti berat dalam menjalankan karena bukan bisnis sendiri jadi tidak dapat diatur seenaknya harus mempertimbangkan pendapat-pendapat dari para anggota terkadang juga terdapat ketidaksamaan pendapat sesama anggota. Sulitnya mencari waktu untuk rapat karena masing-masing anggota memiliki kesibukan masing-masing. Untuk solusi dari permasalahan yang adaadalah kebersamaan dan kekeluargaan antar sesama anggota serta kejujuran dan keterbukaan
sehingga tidak ada yang ditutup-tutupi. Hal inilah yang tetap menjaga sanggar agar tetap maju dan berkembang.
Planning untuk sanggar kedepannya adalah mengadakan study banding ke Jogja dan untuk 3 tahun an lagi workshop dengan skala yang lebih luas kalau bisa internasional untuk 5 tahun mendatang dengan lagu dance studio membuat karya-karya baru untuk pasar internasional. Dapat memperluas relasi hingga beberapa negara. Kesenian senantiasa tumbuh dan berkembang seiring berjalannya waktu semoga kesenian Ponorogo tetap dapat lestari dan berkembang sesuai dengan zamannya.
PENUTUP
Kesimpulan
Sanggar tari Langen Kusuma merupakan sanggar yang bergerak di bidang pemberdayaan budaya, khususnya di bidang seni tari. Sanggar ini mengembangkan atraksi budaya dan ikut berperan dalam pelestarian budaya yang bertujuan untuk memberikan edukasi dan regenerasi budaya dengan cara melibatkan generasi muda dalam setiap kegiatan yang dilakukan oleh Sanggar Langen Kusuma.
Saran
Upaya pelestarian budaya tidak cukup hanya dilakukan oleh kalangan orang tua melalui berbagai pertunjukan. Kita sebagai generasi muda sudah seharusnya ikut aktif berperan dalam upaya pelestarian budaya yang ada di Ponorogo agar tidak terkikis seiring dengan adanya perkembangan zaman. (semester 2 2023)
Disusun oleh XII IPS 1 :
Adinda Putri Nirwasita
Della Fitria Permatasari
Marcelino Aditya Setyo P. M.
Muhammad Nadhif Aryasatya
Tsania Nadhrotul Auliya
Wahyu Alvita Arianastiti

Teori Linier berpendapat perubahan yang terjadi pada masyarakat menuju satu titik yang sama. perubahan ini seperti perubahan dari masyarakat tradisional ke masyarakat yang modern. Contohnya, perkembangan bangsa Indonesia dari zaman penjajahan, mempertahankan kemerdekaan, sampai dengan saat ini. selain itu perkembangan teknologi informasi dari mulai menggunakan surat kemudian faxs dan sekarang email bahkan chat.










dan akal sehat serta hasilnya tidak spekulatif atau menduga- duga